Jumat, 31 Mei 2013

Pengenalan Batik yang Berasal dari Tanah Papua

Pengenalan Batik yang Berasal dari Tanah Papua
Sejak UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya milik Indonesia, pada 2 Oktober 2009 silam, ketenaran seni melukis dengan canting itu kian bertambah. Selama ini banyak yang mengira wilayah sekitar Solo dan Jogyakarta saja yang menjadi sentra batik lokal di tanah air. Belum banyak yang tahu bahwa Papua juga memiliki perajin batik yang tak kalah daya kreatifitasnya. Lalu seperti apakah motif serta potensi bisnis batik Papua ini?

batik_PapuaPeninggalan arkeologi yang tersebar di kawasan Papua cukup beragam dan lengkap karena mewakili beberapa kurun waktu sejarah peradaban manusia. Bukti nyatanya bisa dijumpai dalam bentuk lukisan-lukisan dinding gua yang ada di area Kabupaten Biak dan Jayapura. Lukisan dinding itu ditaksir oleh para ilmuwan berasal dari zaman 40.000 hingga 30.000 tahun Sebelum Masehi. Peninggalan yang sarat akan nilai sejarah ini kemudian menjadi sumber inspirasi para perajin Papua untuk menghasilkan karya seni bertema etnik.

Tak hanya lukisan dinding, bukti sejarah lain seperti fosil, artefak dan benda purbakala memengaruhi kreatifitas seniman Papua dalam menciptakan cenderamata khas daerah paling timur Indonesia itu. Hal ini terukir jelas pada patung atau pahatan suku asli Papua. Setelah melewati beberapa modifikasi, motif atau corak hiasan kuno tersebut akhirnya dijadikan motif dalam batik Papua.

Bila dibandingkan dengan batik dari wilayah Pulau Jawa, batik Papua mempunyai corak yang cukup mencolok. Batik Papua pada umumnya berwarna cenderung lebih gelap dengan motif yang kebanyakan berpola patung. Lambang-lambang yang dikeramatkan dan ukiran khas Papua juga menjadi ciri khas batik asal daerah berpanorama indah tersebut.

Salah satu batik Papua yang dikenal masyarakat luas adalah batik motif asmat yaitu simbol patung-patung kayu suku Asmat. Batik ini mempunyai ciri-ciri yang sangat khas. Antara lain, warnanya lebih cokelat dengan campuran warna tanahdan terakota (merah kecokelat-cokelatan).

Sebenarnya masih banyak motif batik Papua lain yang dapat ditemui di pasaran contohnya motif burung cendrawasih, motif kamoro (atau simbol patung berdiri), motif sentani dengan ciri gambar alur batang kayu yang melingkar-lingkar dengan jenis warna hanya satu atau dua warna dan ada pula motif yang divariasi dengan sentuhan garis-garis emas dan dijuluki batik prada.

Keunikan motif batik Papua membuatnya dilirik banyak orang, mulai dari konsumen lokal hingga internasional. Hal itu dinilai wajar sebab batik Papua tak hanya melambangkan budaya masyarakat sekitar saja tapi juga menorehkan unsur sejarah dan arkeolog di dalamnya. Karenanya, batik khas daerah paling timur Indonesia ini layak dilestarikan dan dibimbing untuk bisa bersaing dengan aset nasional lainnya. Nah, tertarikkah Anda untuk turut serta mempopulerkan batik Papua ini?

Peninggalan arkeologi yang banyak terdapat di wilayah Papua bisa menjadi sumber inspirasi untuk membangkitkan kreativitas para seniman Papua dalam menghasilkan karya seni bertema etnik.

Hal tersebut disampaikan peneliti Balai Arkeologi Jayapura, Rini Maryone, di Jayapura, Kamis (14/1/2010), menanggapi nilai penting yang dapat digali dari sumber daya arkeologi, khususnya yang terdapat di Papua.

Arkeologi, kata dia, merupakan bidang ilmu yang mempelajari kehidupan manusia masa lalu berdasarkan bukti-bukti penemuan artefak dan fosil. Dia mengatakan, rentang waktu masa lalu ditetapkan untuk penemuan yang telah berumur 50 tahun ke belakang. Hal ini didasarkan pada UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda-benda Arkeologi.

“Peninggalan arkeologi yang ada di Papua dapat menjadi inspirasi untuk membuat cendera mata khas Papua yang tidak hanya bernilai budaya, tapi juga menguntungkan karena bisa dikomersilkan,” ujar Rini.

Dia mencontohkan beberapa kekayaan budaya dari masa lalu yang hingga kini masih dijumpai, seperti corak dan motif hiasan kuno serta patung dan ukiran dari Asmat, Biak, Serui, Tobati, dan Sentani, bisa menjadi motif batik tradisional Papua setelah dimodifikasi.

“Batik sudah diakui dunia sebagai kekayaan budaya Indonesia. Batik khas Papua tentu juga menjadi bagian dari kekayaan Nusantara yang harus dihargai,” ujar Rini.

Selain batik, kata dia, motif etnik Papua dapat dituangkan menjadi lukisan kulit kayu yang banyak dijual di Pasar Hamadi, salah satu sentra cendera mata khas Papua dan cukup banyak diminati masyarakat, terutama yang berasal dari luar daerah.

Rini mengatakan, peninggalan arkeologi di Papua cukup beragam dan lengkap karena mewakili beberapa kurun waktu sejarah perkembangan peradaban manusia. Bukti nyata dari tersedianya sumber daya arkeologi tersebut, kata dia, adalah ditemukannya peninggalan arkeologi berumur prasejarah antara 40.000 dan 30.000 tahun Sebelum Masehi dalam bentuk lukisan-lukisan dinding goa, misalnya di Kabupaten Biak dan Kabupaten Jayapura.mjs54
(sumber artikel : http://www.kriyalea.com/pengenalan-batik-yang-berasal-dari-tanah-papua/)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online disini
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Kamis, 30 Mei 2013

Sejarah Singkat Batik Papua atau Port Numbay

Sejarah Singkat Batik Papua atau Port Numbay
Siapa yang tidak tahu batik Papua? Saat ini banyak orang membicarakan tentang batik Papua yang penuh dengan motif indah. Lalu apa kaitan antara Pekalongan sebagai kota batik dengan Papua? Batik Papua merupakan salah satu batik yang dicari banyak orang karena banyaknya motif yang di tawarkan, terutama dalam hal alam dan budaya. Keanekaragaman luar biasa Papua telah di tuangkan dalam motif batik Papua atau lebih di kenal sebagai batik Port Numbay. Bagaimana sejarah singkat batik Papua atau Port Numbay ini? apakah sudah sejak dahulu batik Papua berada di tanah Papua sendiri, atau hanya sebuah inovasi sesorang? Judul pada tulisan ini, ingin memberitahukan bahwa Batik Papua merupakan bentuk inovasi budaya yang terjadi di Papua. Batik Port Numbay di perkenalkan oleh seseorang bernama Jimmy Handrick Afaar. Ia mulai belajar membatik di kota Pekalongan. Sampai saat ini, batik Papua masih menggunakan perangkat membatik dari Pekalongan karena pada dasarnya Batik Papua merupakan hal baru bagi warga Papua setidaknya dalam waktu lima tahun terakhir.

Pelajaran sangat berharga dapat kita lihat dari hubungan seni budaya antar dua etnis yang berbeda. Pekalongan merupakan etnis Jawa sebagai penghasil asli batik kemudian digabungkan dengan kebudayaan etnis Papua untuk menciptakan inovasi baru bernama batik Papua yang menghasilkan motif baru khas Papua. Melihat kelembutan batik Papua dengan motif keanekaragaman hayati maupun kondisi sosial dan budaya masyarakat di Papua seperti burung Cinderawasih, Kamoro (patung berdiri), dan Sentani tentu kita akan melupakan sejenak situasi konflik di Papua. Batik Papua turut menunjukkan eksistensi budaya Papua yang selama ini terkesan terasingkan. Adanya korelasi Pekalongan dan Papua menunjukkan satu ikatan kebangsaan yang kuat di Indonesia ditengah isu separatisme yang terkesan politis.

Rupa-rupanya seni-budaya menjadi jalan pemersatu suku, seperti yang terjadi  dalam kasus Papua. Batik Papua berkaitan dengan batik Pekalongan, tentunya kita tidak bisa melupakan sosok Jimmy yang berperan membudayakan batik Papua serta memberdayakan masyarakat sekitar untuk membatik. Dengan ini, masyarakat Papua akan dilihat dengan karyanya bukan dengan ketertinggalannya serta menunjukkan kesan terbuka dengan budaya lain.
(sumber artikel : http://buletinmadubranta.blogspot.com/2012/02/dari-pekalongan-sampai-papua.html)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online disini
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Rabu, 29 Mei 2013

Motif Batik Bali

Motif Batik Bali
Bali menyimpan potensi motif dan desain lokal. Puluhan desain batik khas Bali telah lahir yang biasanya dikawinkan dengan motif batik yang ada dari berbagai wilayah di Tanah Air dan pengaruh motif China.

Batik Bali pun ditawarkan dengan harga bervariasi. Harga batik tulis berkualitas di Pulau Dewata berkisar antara Rp400 ribu hingga Rp3,5 juta per potong.

Tingginya harga tersebut karena batik-batik tersebut dibuat dari kain bermutu dan digambar langsung dengan tangan serta menggunakan bahan pewarna alami, seperti yang dibuat oleh Anak Agung Inten Trisna Manuambari dengan merek “Diamanta” atau Ida Ayu Pidada dengan label “Batik Wong Bali”.

AA Inten Trisna M, pengrajin batik Bali mengatakan, guna mempertahankan kualitas produknya itu, dirinya terus berupaya melakukan terobosan dengan membuat motif baru yang diperkirakan dapat diterima konsumen di pasaran.

“Biasanya untuk motif baru itu, saya menggabungkan atau mengawinkan motif khas Bali dengan yang berasal dari daerah lainnya di Indonesia, bahkan sampai luar negeri, seperti China,” kata wanita yang akrab disapa Gung Inten itu, di Denpasar,

Dia menjelaskan, perpaduan motif yang biasa dilakukannya adalah mengambil ornamen khas Pulau Dewata, seperti naga, rusa, burung bangau, dan kura-kura. Kemudian memadukan dengan motif dari daerah luar Bali yang biasanya berbentuk flora.

Menurut dia, untuk mewujudkan itu bukanlah hal yang mudah karena perlu waktu dan pengorbanan material bahan baku yang digunakan saat melakukan percobaan-percobaan guna mendapatkan motif dan warna baru tersebut.

Gung Inten mengakui, setiap melakukan percobaan tidak selalu berhasil. Bahkan, dia harus merelakan beberapa karung bahan baku terbuang dengan percuma.

Akan tetapi, tambah dia, dengan percobaan itu terkadang muncul hasil yang memuaskan sehingga produknya itu banyak digemari oleh masyarakat Bali dan kalangan wisatawan domestik.

“Saat ini selain motif, saya juga bermain pada warna yang lebih menonjolkan corak alam. Warna alam itu dipilih karena terkesan lebih halus, dan hasilnya pun banyak penggemarnya sehingga sekarang menjadi tren batik tulis khas Bali,”.
(sumber artikel : http://batikasliindonesia.blogdetik.com/tag/sejarah-batik-bali/)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online disini
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Selasa, 28 Mei 2013

Tips Memilih Kain Batik

Tips Memilih Kain Batik


Di toko-toko kerajinan dan toko kain di pasar-pasar, banyak dijual kain batik dengan berbagai corak dan kualitas. Untuk memudahkan memilih agar sesuai antara uang yang kamu keluarkan dengan kualitas barang yang kamu dapatkan, kenalilah terlebih dahulu jenis-jenis batik yang ada. Sekali lagi, dari segi teknik pembuatannya, ada empat jenis kain batik yang dijual orang, yaitu: batik tulis, batik cap, batik kombinasi tulis-cap, batik printing, dan batik cabut (perpaduan teknik printing dan tulis).

Untuk mengetahui apakah sehelai kain batik yang kamu pegang merupakan batik tulis atau yang lain, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan antara lain:

* Motif pada batik tulis meskipun polanya sama tapi bentuknya tidak pernah sama persis (asimetris). Ada bagian yang lebih kecil atau lebih besar dari gambar yang lain.
* Aksen dalam setiap gambar tidak sama besarnya
* Motif batik tulis asli biasanya memiliki aroma yang khas, warna yang digunakan berasal dari kulit-kulit kayu, dan bahan alami lainnnya.
* Kain Mori yang dipakai biasanya lebih berat dibanding mori untuk jenis batik lainnya.

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Untuk Lebih Jelasnya Kunjungi Batik Madura Online di sini
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Senin, 27 Mei 2013

Sejarah Singkat Batik Bali

Sejarah Singkat Batik Bali


Memang masih relatif baru, namun perkambangan industri batik di Pulau Bali begitu pesat. Barangkali karena Bali menyimpan banyak potensi motif dan desain lokal. Puluhan desain batik khas Bali telah lahir. Dari yang berharga murah hingga yang selangit. Sejauh ini, harga pasaran rata-rata batik tulis yang beredar di Bali Bali yang berkualitas bagus berkisar antara Rp 350 ribu hingga Rp 2 juta. Tingginya harga tersebut karena batik-batik tersebut dibuat dari kain bermutu dan digambar langsung dengan tangan serta menggunakan bahan pewarna alami seperti yang dibuat oleh Ida Ayu Pidada (dengan merek “Batik Wong Bali”) atau oleh A.A. Inten Trisna Manuambari (dengan merek “Diamanta”).

Batik sendiri merupakan hasil kerajinan yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak berabad-abad lalu, khususnya di Jawa. Istilah batik konon berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “nitik”yang berarti membuat titik. Secara bebas, kata batik merujuk pada teknik pembuatan corak dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna berupa malam (wax), yang diaplikasikan di atas kain. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, dan wol. Jika ada kain batik yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik di atas kain tersebut dinamakan kain bercorak batik, bukan kain batik. Kain macam itu biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak.

Di Bali, industri kerajinan batik dimulai sekitar dekade 1970-an. Industri tersebut dipelopori antara lain oleh Pande Ketut Krisna dari Banjar Tegeha, Desa Batubulan, Sukawati Gianyar, dengan teknik tenun-cap menggunakan alat tenun manual yang dikenal dengan sebutan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kerapnya orang Bali mengenakan batik untuk berupacara –sebagai bahan kain maupun udeng (ikat kepala), mendorong industri batik di pulau ini terus berkembang dang maju. Kini di Bali telah tumbuh puluhan industri Batik yang menampilkan corak-corak khas Bali, juga corak-corak perpaduan Bali dengan luar Bali seperti Bali-Papua, Bali-Pekalongan, dan lain-lain.

(sumber artikel : http://batikasliindonesia.blogdetik.com/tag/sejarah-batik-bali/)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online di sini
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Minggu, 26 Mei 2013

Sejarah dan Motif Kain Batik Pekalongan

Sejarah dan Motif Kain Batik Pekalongan

Indonesia merupakan negara yang memeiliki motif batik daerah terbanyak di dunia, hal tersebut didasarkan kepada beranekaragamnya batik di masing-masing daerah di indonesia, sebut saja batik solo, batik jogja, batik pekalongan, batik papua, batik kalimanta, dan lain-lain. Dala tulisan kali ini saya akan sedikit mebahas tentang batik pekalongan, nantinya apabila ada kesempatan maka batik yang lain pun akan dibahas juga. Jadi mapir lagi ke blog ini ya.

Berikut Gambar Batik Pekalongan :




1. Sejarah batik pekalongan secara singkat.
Batik di pekalongan sejarahnya hampir sama dengan batik solo ataupun batik jogja, yaitu batik yang berasal dari wilayah keraton. Lebih tepatnya pengertian batik pekalongan merupakan hasil dari orang-orang dari keraton mataram yang mengungsi ke pekalongan akibat perpecahan keraton mataram. Perpecahan tersebut disebabkan oleh belanda yang menjajah indonesia. Beberapa daerah di pekalongan penghasil batik yang berkembang pesat di daerah buara, wonopringgo, dan pekajangan. Pada awalnya proses pembuatan batik menggunakan cara manual yaitu dengan cara tigambar atau ditulis menggunakan tangan dan menggunakan bahan pewarna alami yang berasal dari alam. Hal ini berlangsung sampai abad 20an. Siiring perkembangan jaman maka mulai dikenal batik cap yang menggunakan alat dan bahan kimia untuk membuat kain batik.

2. Ciri khas batik pekalongan.
Sebenarnya pola dan motif kain batik pekalongan hampir mirip dengan batik jogj dan batik solo, hal tersebut memang tidak terlepas dari asal-usul jaman dahulu berasal dari satu kerajaan yaitu mataram. Yang membedakan adalah ketika batik solo dan jogja dominan dengan warna putih dan coklat, beda halnya dengan batik pekalongan yang memaduka beberapa unsur warna dalam penyusunnya. Kombinasi beberapa warna di pekalongan menjadikannya batik yang kelihatan dinamis dan modern, hal inilah yang menyebabkan batik pekalongan cukup terkenal diantara batik-batik yang lain. Dan yang menadikan batik pekalongan unik adalah cara pembuatannya atau cara produksi, sejak jaman dahulu sampai sekarang proses pembuatan tidak berubah secara signifikan yaitu masih didominasi dibuat dirumah masing-masing penduduk sehingga tidak meninggalkan kesan naturalnya.
 
 



Batik pekalongan merupakan salah satu batik yang sudah terkenal di dunia, hal ini dibuktikan batik pekalongan sudah di ekspor ke banyak negara di luar negeri baik itu wilayah asia, australia, eropa, sampai amerika. Fakta tersebut membuktikan bahwa apa yang dimiliki indonesia sebenarnya dapat bersaing di tingkat internasinal, tinggal pengembangan dan infrastruktur penujang batik yang perlu ditingkatkan sehingga batik indonesia dapat berjaya di dunia.
(sumber artikel : http://tipsperawatanrambutrontok.blogspot.com/2013/01/sejarah-dan-motif-kain-batik-pekalongan.html)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Sabtu, 25 Mei 2013

Sejarah Batik Surakarta

Sejarah Batik Surakarta




Bukan hanya tempat belanja batik dan belajar membatik semata, Kampung Laweyan merupakan tempat wisata dengan pesona luar biasa. Di kampung itu pulalah muncul tokoh-tokoh pergerakan menentang penjajahan. Hingga kini, aura masa lalu Laweyan masih terasa, terutama ditunjukkan oleh adanya bangunan-bangunan kuno, yang tertutup dengan tembok-tembok tinggi. Asyik jika menyusuri lorong-lorongnya.

Motif untuk pembuatan batik cap (Foto: Blontank Poer)

Sejarah batik Surakarta, pun diyakini berasal dari Laweyan, yang dikenalkan pertama kali semasa Kerajaan Pajang dengan pelopor Kyai Ageng Henis, pada awal abad ke-16. Maka, batik Surakarta itu, ya Laweyan. Dari tlatah Pajang, batik mengular menyesuaikan alur Kali Laweyan, masuk Bengawan Solo dan seterusnya sampai ke Laut Jawa, hingga muncullah motif batik pesisiran. Ekspor barang dari Indonesia dalam pengertian modern, konon berupa batik asal Laweyan pada awal 1930-an.

Kenapa batik Surakarta harus identik dengan Laweyan, sebab di sanalah konon batik bermula, diproduksi secara turun-temurun. Kyai Ageng Henis-lah yang memperkenalkan batik kepada penduduk sekitar Pajang pada awal abad ke-16. Setidaknya, begitulah yang diyakini warga Laweyan hingga kini.

Asal tahu saja, masyarakat Laweyan masih bertahan pada definisi batik, yang tidak hanya merujuk pada sebuah motif semata. Mereka menolak produk pabrikan, yang dibuat dengan menggunakan mesin-mesin modern dengan sebutan “batik”.

“Disebut batik itu, ya bila dibuat dengan menggunakan malam (lilin) dan melalui proses pewarnaan tertentu,” ujar Gunawan, pemilik rumah batik Putra Laweyan.

Tak hanya Gunawan, Widhiarso, juga mengatakan hal yang sama. “Jadi, batik itu bukan terbatas pada motif,” ujar pengurus harian Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan itu.

Naik-turun usaha batik Laweyan selalu beriringan dengan dinamika politik nusantara, sejak sebelum maupun setelah bernama Indonesia. Pada masa penjajahan dulu, Laweyan selalu dikontrol ketat oleh pemerintah kolonial Belanda, apalagi sejak Kyai Samanhudi membentuk organisasi perlawanan bernama Sarekat Dagang Islam. Proses pemasaran batik pun tak laluasa dilakukan.

Pada masa pergerakan, batik menjadi sumber ekonomi yang juga menopang gerakan perlawanan. Soekarno, Hatta dan tokoh-tokoh politik nasional, dilaporkan kerap berkunjung ke kampung itu, untuk rapat gelap dan melakukan konsolidasi. Ironisnya, masyakarat Laweyan merasa digencet justru pada masa Orde Baru.

Soeharto dianggap sebagai orang di balik masuknya mesin-mesin tekstil modern ke Surakarta melalui Batik Keris. “Tidak mungkin mesin tekstil didatangkan kalau tidak untuk menggencet usaha batik Laweyan. Apalagi, penempatan lokasi pabrik berdekatan dengan Laweyan,” ujar Pak Yanto, juru kunci Makam Kyai Ageng Henis.

Pak Yanto bertutur, sebelum Batik Keris hadir pada awal 1970-an, usaha batik sangat maju. “Di sini banyak saudagar kaya, yang mempekerjakan setidaknya 100 orang setiap rumah,” kenang Pak Yanto. Selain para buruh, kehadiran Batik Keris juga memukul usaha-usaha pemintalan benang yang dikelola perorangan, juga sentra industri lurik di Pedan, Klaten.

“Semua gulung tikar. Orang juga tak mau lagi menjalankan usaha pembuatan benang dari kapas karena kalah murah dengan barang-barang keluaran pabrik modern. Padahal, dulu banyak orang menanam kapas di sepanjang tepian sungai,” tambah Pak Yanto.

Laweyan sendiri, berasal dari kata lawe, yakni serat-serat kapas halus yang merupakan bahan baku pembuatan kain mori. Kata Laweyan menunjukkan tempat dimana banyak benang lawe di sana.

Tapi, wajah Laweyan kini sudah tak semuram beberapa puluhan tahun silam. Popularitas batik yang kian meningkat, bahkan ke kalangan anak-anak baru gede dan remaja, membuat kebutuhan akan bahan batik terdongkrak pula. Dan Laweyan, kini mulai menggeliat. Bila hingga 2004 lalu hanya tersisa 11 usaha batik, kini sudah mencapai 60-an orang yang menghidupkan kembali usaha batik, khususnya batik cap dan batik tulis.

Apa yang dilakukan Pak Alpha, Mas Gunawan, Mas Widhiarso dan kawan-kawan lewat Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan berbuah apresiasi. Pada 7 Januari lalu, Laweyan diganjar hadiah upakarti yang diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk kategori kepeloporan mereka menghidupkan Laweyan, bukan saja sebagai kampung batik, namun juga kawasan heritage.

Seberapa mahal harga batik Laweyan? Jawabannya adalah relatif. Batik cap bisa Anda beli dengan harga mulai Rp 50 ribuan hingga ratusan ribu. Namun untuk batik tulis, selain kerumitan motif harga juga ditentukan oleh jenis bahan (ada mori hingga sutera). Kalau Anda mesti merogoh kocek hingga jutaan rupiah, jangan dulu Anda menganggap mahal.

Coba Anda hitung sendiri, berapa ongkos produksinya bila untuk menghasilkan satu stel bahan batik saja, ibu-ibu di Laweyan sana harus menorehkan malam lewat canthing selama satu hingga dua bulan? Di luar harga bahan, coba tengok upah minimum regional (UMR) Surakarta yang sudah di atas Rp 700 ribu.

Maukah Anda dibayar sesuai UMR dan harus suntuk bergaul dengan malam dan canthing selama itu hanya demi mengenakan batik tulis untuk menghadiri sebuah pesta atau pertemuan bisnis?
(sumber : http://tentangsolo.web.id/kampung-batik-laweyan.html)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Jumat, 24 Mei 2013

Sekilas Sejarah Batik Nusantara

Sekilas Sejarah Batik Nusantara


Sejarah batik di Nusantara sudah dimulai jauh sebelum kata “Indonesia” sendiri tercipta. Budaya teknik cetak motif batik tutup celup dengan menggunakan malam dari sarang lebah di atas kain sebenarnya tidak eksklusif terdapat di Indonesia, melainkan terbentang dari Mesir hingga kawasan Timur Tengah lainnya.

Teknik ini juga dapat dijumpai di Turki, India, Cina, Jepang dan Afrika. Namun tidak ada satu tempat pun di dunia ini yang mengembangkan teknologi dan motif batik sedemikian kompleks dan kaya seperti di Indonesia (terutama Jawa).

Teori mengenai asal-muasal batik telah menjadi perbincangan yang cukup pelik. G.P. Rouffaer, ilmuwan Belanda yang meneliti soal batik mengatakan, teknik ini dibawa pertama kali dari daerah India Selatan. Ada lagi pendapat dari J.L.A Brandes yang mengatakan bahwa sebenarnya sebelum ada pengaruh India datang ke Indonesia, Nusantara telah memiliki 10 unsur kebudayaan asli yaitu, wayang, gamelan, puisi, pengecoran logam mata uang, pelayaran, ilmu falak, budidaya padi, irigasi, pemerintahan, serta batik.

Teori ini kemudian sedikit mematahkan teori bahwa batik berasal dari India Selatan.

Ada lagi yang menceritakan, sejarah batik di Indonesia tumbuh dan berkembang semenjak adanya impor kain tenun dari India pada abad ke-17. Kain Eropa juga masuk ke Indonesia pada awal tahun 1815. Namun teori ini juga bergulir begitu saja. Mengingat motif-motif serupa motif batik sudah dapat kita temukan di relief-relief candi Prambanan dan juga Candi Borobudur. Artinya, bangunan-bangunan yang sudah berdiri semenjak abad ke-8 ini sudah mempengaruhi motif batik yang ada hingga sekarang.

Sebuah tinjauan sejarah yang diterbitkan oleh Bataviaasche Genootchap Van Kunsten Wetwnschapen tahun 1912 dan bernama kitab Centini menyebutkan, pada jaman Pakubuwono V, sudah ada istilah batik dan pada waktu itu sudah terdapat motif-motif halus seperti gringsing, kawung, parang rusak dan lain-lain.

Dalam kitab ini juga disebutkan bahwa canting sudah digunakan pada saat itu. Dalam kesusastraan kuno dan pertengahan, sempat ditemukan pembahasan soal nyerat atau nitik yang diduga merupakan teknik menghias kain menggunakan malam. Kemudian, setelah keraton Kartasuro pindah ke Surakarta, muncullah istilah mBatik dari Jarwo Dosok. Kata ini berasal dari gabungan kata “ngembat” dan “titik” yang berarti membuat titik.

Dari semua tinjauan literatur ini cukup terlihat bahwa teknik merintang warna dengan menggunakan malam ini memang berkembang dan maju di tanah Jawa, terutama Jawa Tengah. Perkara kemudian seluruh daerah di Nusantara memiliki batik sudah jelas akibat proses bergeraknya manusia dan bergeraknya kebudayaan yang ada bersama manusia-manusia tersebut.

Dan teknik ini kemudian juga berkembang, mengikuti proses asimilasi budaya orang-orangnya. Dan inilah yang kemudian membuat batik menjadi begitu kaya dan beragam.

Dari timur ke barat, dari utara ke selatan, hampir semua daerah di pulau Jawa memiliki batiknya sendiri-sendiri.  Bicara batik Jogja dan Solo, maka kita akan bicara sedikit tentang sejarah kerajaan Mataram Islam. Sebuah buntut dari kedigdayaan kerajaan Nusantara yang begitu berjaya pada masanya.

Melalui proses yang sangat pelik dan melibatkan ratusan kali pemberontakan akhirnya kerajaaan Mataram Islam dipecah menjadi dua melalui perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.

Perjanjian yang sedikit banyak melibatkan campur tangan VOC ini, membagi wilayah Mataram Islam menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Dimana Pakubuwono III menjadi rajanya dan Pangeran Mangkubumi menjadi Raja di wilayah yang baru dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Intinya, pemisahan wilayah ini, kemudian membuat berbagai macam perubahan dalam budaya di kedua wilayah tersebut.

Kasunanan Surakarta, yang merupakan awal dari kerajaan Mataram Islam mempertahankan semua jenis kebudayaan yang mereka miliki. Mulai dari ritual, tarian sampai ke batik. Sedangkan Kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat cenderung membuat berbagai macam tradisi baru, namun tetap berakar pada tradisi kerajaan Mataram Islam. Termasuk juga kain batiknya.

Apabila sedikit disimpulkan, budaya pada Kasunanan Surakarta lebih konvensional dibandingkan Kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat yang cenderung progresif. Ini terlihat misalnya pada tarian di Yogyakarta yang lebih dinamis, dibandingkan posisi berdiri yang lebih tegak dibandingkan Surakarta.

Untuk batik, Sultan Hamengkubuwono I dari Yogya, memilih latar putih sebagai warna dasar kain batiknya. Sedangkan Susuhunan Pakubuwono III dari Kasunanan Surakarta/ Solo tetap memilih latar sogan dan cenderung gelap untuk kain batiknya.

Warna putih adalah warna dominan yang dapat kita lihat pada kain batik Yogya. Warna sogan cokelat kuning keemasan adalah warna dominan batik Solo.

Apabila batik Yogya tampil dalam warna gelap, maka warna gelap kebiruanlah yang akan dominan terlihat pada kain batiknya. Sedangkan Batik Solo akan tampil dalam warna hitam kecokelatan ketika tampil dalam warna gelap. Ini muncul sebagai akibat dari proses pencelupan warna biru berkali-kali yang didapatkan dari tanaman indigo.

Sedangkan warna hitam kecokelatan yang terdapat pada batik Solo merupakan hasil pencelupan berkali-kali warna cokelat sogan.

Ini adalah hal paling mendasar yang membedakan batik Yogya dan Solo. Warna sogan atau kuning cokelat keemasan tetap menjadi warna khas kedua batik ini.

Beberapa perbedaan juga terlihat bagaimana perajin batik Yogya dan Solo dalam memprodo - hiasan emas pada motif - batik mereka.

Membubuhkan prodo gaya Solo berbeda dengan gaya Yogya. Pada gaya Solo, yang dibubuhi prodo hanyalah garis luar (outline) corak dan sebagian isen-isennya. Sedangkan gaya Yogya, hampir seluruh corak dan isennya dilapisi prodo. Kesan yang ditampilkan pada prodo gaya Solo adalah lebih tenang dan anggun, sedangkan pada gaya Yogya lebih gagah dan menonjol.

Keduanya sama-sama indah. Batik, merupakan karya seni yang mewakili jiwa. Begitu juga dengan pemakainya. Mana yang lebih Anda suka? Tentu semua itu tergantung selera…

(sumber : http://www.kompas.com / http://etnikom.com/sekilas-sejarah-batik-nusantara/)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Kamis, 23 Mei 2013

Sejarah Batik Yogyakarta

Sejarah Batik Yogyakarta


Seni Batik Tradisional dikenal sejak beberapa abad yang lalu di tanah Jawa. Bila kita menelusuri perjalan perkembangan batik di tanah Jawa tidak akan lepas dari perkembangan seni batik di Jawa Tengah. Batik Jogja merupakan bagian dari perkembangan sejarah batik di Jawa Tengah yang telah mengalami perpaduan beberapa corak dari daerah lain.

Perjalanan “Batik Yogya” tidak bisa lepas dari perjanjian Giyanti 1755. Begitu Mataram terbelah dua, dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri, busana Mataram diangkut dari Surakarta ke Ngayogyakarta maka Sri Susuhunan Pakubuwono II merancang busana baru dan pakaian adat Kraton Surakarta berbeda dengan busana Yogya.

Di desa Giyanti, perundingan itu berlangsung. Yang hasilnya antara lain , Daerah atau Wilayah Mataram dibagi dua, satu bagian dibawah kekuasaan Sri Paduka Susuhunan PB II di Surakarta Hadiningrat , sebagian lagi dibawah kekuasaan Kanjeng Pangeran Mangkubumi yang setelah dinobatkan sebagai raja bergelar Ngersa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senopati ing Ngalaga Ngabdul Rachman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang jumeneng kaping I , yang kemudian kratonnya dinamakan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Semua pusaka dan benda-benda keraton juga dibagi dua. Busana Mataraman dibawa ke Yogyakarta , karena Kangjeng Pangeran Mangkubumi yang berkehendak melestarikannya. Oleh karena itu Surakarta dibawah kekuasaan Sri Paduka Susuhunan PB III merancang tata busana baru dan berhasil membuat Busana Adat Keraton Surakarta seperti yang kita lihat sampai sekarang ini.

Ciri khas batik Yogyakarta , ada dua macam latar atau warna dasar kain. Putih dan Hitam. Sementara warna batik bisa putih (warna kain mori) , biru tua kehitaman dan coklat soga. Sered atau pinggiran kain, putih, diusahakan tidak sampai pecah sehingga kemasukan soga, baik kain berlatar hitam maupun putih. Ragam hiasnya pertama Geometris : garis miring lerek atau lereng , garis silang atau ceplok dan kawung , serta anyaman dan limaran.Ragam hias yang bersifat kedua non-geometris semen , lung- lungan dan boketan.Ragam hias yang bersifat simbolis erat hubungannya dengan falsafah Hindu – Jawa ( Ny.Nian S Jumena ) antara lain : Sawat Melambangkan mahkota atau penguasa tinggi , Meru melambangkan gunung atau tanah ( bumi ) , Naga melambangkan air , Burung melambangkan angin atau dunia atas , Lidah api melambangkan nyala atau geni.

Sejak pertama sudah ada kain larangan. Setiap Sultan yang bertahta berhak membuat peraturan baru atau larangan-larangan. Terakhir, Sri Paduka Sultan HB VIII membuat peraturan baru ( revisi ) berjudul Pranatan dalem bab namanipun peangangge keprabon ing Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dimuat dalam Rijksblad van Djokjakarta No 19. th 1927, Yang dimaksud pangangge keprabon ( busana keprabon ) adalah : kuluk ( wangkidan ), dodot / kampuh serta bebet prajuritan, bebet nyamping ( kain panjang ) , celana sarta glisire ( celana cindhe , beludru , sutra , katun dan gelisirnya ), payung atau songsong.

Motif batik larangan : Parang rusak ( parang rusak barong , parang rusak gendreh)
Semua putra dalem diperbolehkan mengenakan kain-kain tersebut di atas. Busana batik untuk Permaisuri diperbolehkan sama dengan raja. Garwa ampeyan dalem diizinkan memakai parang rusak gendreh kebawah. Garwa Padmi KG Pangeran Adipati sama dengan suaminya. Garwa Ampeyan KG Pangeran Adipati diperbolehkan memakai parang rusak gendreh ke bawah. Demikian pula putra KG Pangeran Adipati. Istri para Pangeran Putra dan Pangeran Putra Raja yang terdahulu ( Pangeran Putra Sentananing Panjenengan dalem Nata ) sama dengan suaminya . Garwa Ampeyan para Pangeran diperbolehkan memakai parang rusak gendreh ke bawah. Wayah dalem ( cucu Raja ) mengenakan parang rusak gendreh ke bawah. Pun Buyut dalem ( cicit Raja) dan Canggah dalem ( Putranya buyut ). Warengipun Panjenengan dalem Nata ( putra dan putri ) kebawah diperbolehkan mengenakan kain batik parang – parangan harus seling , tidak diperbolehkan byur atau polos.

Pepatih dalem ( Patih Raja ) diperkenankan memakai parang rusak barong kebawah. Abdidalem : Pengulu Hakim , Wedana Ageng Prajurit , Bupati Nayaka Jawi lan lebet diperkenankan mengenakan parang rusak gendreh kebawah. Bupati Patih Kadipaten dan Bupati Polisi sama dengan abdidalem tersebut diatas. Penghulu Landrad , Wedana Keparak para Gusti ( Nyai Riya ), Bupati Anom , Riya Bupati Anom , parang rusak gendreh kebawah.

Abdi dalem yang pangkatnya dibawah abdi dalem Riya Bupati Anom dan yang bukan pangkat bupati Anom, yakni yang berpangkat Penewu Tua.

(sumber : http://warung-raa.blogspot.com/2012/11/sejarah-batik-yogyakarta.html)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Rabu, 22 Mei 2013

Museum Batik Yogyakarta

 Museum Batik Yogyakarta



Museum batik pertama di Yogyakarta didirikan atas prakarsa Hadi Nugroho, pemilik museum. Museum swasta ini terletak di Jalan Dr. Sutomo, Kota Yogyakarta. Bangunan ini dikelola sendiri oleh pasangan suami istri Dewi dan Hadi Nugroho. Pada 12 Mei 1977, museum ini baru diresmikan oleh Kanwil P&K Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini mendiami area seluas 400 m2 dan sekaligus dijadikan tempat tinggal pemiliknya.

Pada tahun 2000, museum ini memperoleh penghargaan dari MURI atas karya 'Sulaman Terbesar', batik berukuran 90 x 400 cm2. Kemudian pada tahun 2001, museum ini memperoleh penghargaan kembali dari MURI sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.

Kini, museum ini menyimpan lebih dari 1.200 koleksi perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting (alat pembatik), dan 35 wajan serta bahan pewarna, termasuk malam. Koleksi museum ini terdiri berbagai batik gaya Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam bentuk kain panjang, sarung, dan sebagainya. Motifnya kebanyakan berupa motif pesisiran, pinggiran, terang bulan, dan motif esuk-sore.

Beberapa koleksinya yang terkenal antara lain: Kain Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama (tahun tidak tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen Antik (kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan, dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini diperoleh dari keluarga pendiri Museum Batik Yogyakarta. Koleksi tertuanya adalah batik buatan tahun 1840.

Sedangkan, ratusan koleksi lainnya adalah hasil karya sendiri pemilik museum diantaranya sulaman gambar Presiden RI pertama Soekarno, mantan Presiden Soeharto, Megawati Soekarnoputri, dan Hamengkubuwono IX. Selain itu ada juga potret wajah pahlawan Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro. Ada pula sulaman wajah Paus Yohanes Paulus II dan Bunda Teresa dari India.

(sumber : http://warung-raa.blogspot.com/2012/11/sejarah-batik-yogyakarta.html)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Selasa, 21 Mei 2013

Batik Cetak Tiruan Banyak Beredar

Batik Cetak Tiruan Banyak Beredar
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan, banyaknya batik cetak tiruan di pasaran merupakan kendala bagi industri batik di Indonesia.


"Permintaan sebagian besar orang indonesia itu yang bagus dan murah, batik cetak tiruan itulah yang memukau dan diminati," kata Euis pada peresmian Pameran Batik Warisan Budaya V di Jakarta, Selasa (25/7).

Euis mengatakan banyak orang tidak bisa memebedakan mana batik tulis, cap, dan campur sehingga banyak pembeli yang tertipu.

"Banyak yang tidak bisa membedakan batik yang betul-betul tulis dengan batik cetak tiruan tersebut karena bahannya memang mirip," katanya.

Menurut dia, jika dilihat dari harganya jelas berbeda. Harga batik tulis asli bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah per potong.

Kemenperin mengaku sulit menghadapi kendala tersebut karena industri batik cetak memiliki pekerja yang jumlahnya tidak sedikit.

"Sulit bagi kami untuk melarang perindustrian batik tersebut karena mereka memiliki ribuan pekerja, seperti di Pekalongan," katanya.

Dia menjelaskan, bahan baku batik itu sendiri di Indonesia adalah katun dan sutra yang keduanya merupakan barang impor dari Amerika Serikat, Kanada, dan Bangladesh.

Euis menambahkan kualitas sutra di Indonesia tidak lagi sebaik beberapa tahun yang lalu karena kepompong tersebut terserang penyakit efedrin.

Kemenperin sedang mengupayakan impor kain dari Cina karena harganya lebih murah.

Namun, menurut dia, permintaan batik meningkat dari tahun ke tahun setelah UNESCO mengumumkan menobatkan batik Indonesia sebagai warisan budaya benda pada 2 Oktober 2009. Dia menjelaskan pertumbuhan industri batik mencapai enam hingga tujuh persen dengan pasar 80 hingga 90 persen.

Hal sama dikatakan Ketua Yayasan Batik Indonesia (YBI) Ny Ginandjar Kartasasmita bahwa permintaan akan batik terus meningkat.

"Batik Indonesia sudah ada dimana-mana dan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat," kata istri mantan menteri koordinator ekuin tersebut.

Dia menjelaskan tiga tujuan YBI, yakni pelestarian, peningkatan dan memasyarkatkan batik. "Indonesia merupakan 'global home' batik dunia. Itu merupakan bukti posisi dan kedudukan batik Indonesia di mata dunia," katanya.

Dia juga menjelaskan akan mengikuti tren dunia, baik motif, desain maupun warna. Dia mengatakan pihaknya akan terus mempromosikan batik Indonesia.(ANT/MEL)

(sumber : http://news.liputan6.com/read/424213/batik-cetak-tiruan-banyak-beredar)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Senin, 20 Mei 2013

Sejarah Batik solo

Sejarah Batik solo


Sejarah batik berkaitan dengan sejarah majapahit dan penyebaran agama islam di tanah jawa. Dalam catatan perkembangan  batik banyak di lakukan pada masa masa jaman kerajaan mataram, kemudian pada masa kerajaan solo dan Yogyakarta, jadi batik telah di kenal pada jama kerajaam majapahit dan dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya adalah batik tulis. sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan ajaran agama islam banyak daerah pusat perbatikan di jawa adalah daerah santri-santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda. Kesenian batik adalah dalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaianyang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Pada jaman Majapahit dapat di telusuri di daerah mojokerto, tulungagung. Mojokerto adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit karena semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit. Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
(sumber : http://www.batikmurahonline.com/page/26/sejarah-batik-solo)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Minggu, 19 Mei 2013

Kibarkan Batik Papua hingga Mancanegara

Fransisca Dian Wismandari
Kibarkan Batik Papua hingga Mancanegara

Ketekunan dan semangat yang dilandasi rasa cinta pada warisan budaya serta kedekatan emosional dengan Papua membuat Fransisca Dian Wismandari mengembangkan batik di kawasan itu hingga ke mancanegara.

Batik Papua kini telah melengkapi khazanah batik Indonesia. Gelaran batik Nusantara, semakin lengkap dengan hadirnya batik dari provinsi ujung timur Indonesia ini. Meski dari sisi sejarah Papua tidak mengenal budaya dan teknologi membatik layaknya masyarakat di Pulau Jawa, namun kini sentra-sentra batik di Papua mulai tumbuh seiring berkembangnya batik Papua. Beberapa daerah, menurut Dian, demikian perempuan berusia 45 tahun ini kerap disapa, seperti di Timika kini mulai memiliki pusat pelatihan batik. Perajin batik juga mulai memproduksi batik dengan beragam motif.




"Setidaknya Papua kini memiliki identitas kerajinan baru selain totem," kata Dian mengawali pembicaraan, beberapa waktu lalu. Totem merupakan patung kayu khas Papua. Hampir setiap suku yang ada di daerah ini memiliki seni kerajinan totem dengan karakter masing-masing.

Pamor batik Papua yang diperkenalkan Dian juga tidak kalah dengan batik-batik dari Pulau Jawa. Batik Papua bahkan telah menembus pasar mancanegara, seperti Kanada, Australia, dan juga Afrika. Sejumlah korporasi besar seperti JP Morgan, Robobank, juga menjadi salah satu buyer batik Papua kreasi Dian. Perusahaan multinasional yang berbasis di Papua umumnya juga menjadi konsumer batik Papua karya Dian, termasuk sejumlah hotel.

Batik Papua sejatinya merupakan hasil tuangan kreativitas Dian. Sebagai perempuan asli Solo dia berupaya memadukan pakem batik Jawa yang ia pelajari dari keluarganya dengan inspirasi motif yang diambil dari falsafah hidup, seni budaya, serta flora dan fauna yang begitu kaya di bumi Cendrawasih. Dian mengaku tetap berpegang pada pakem-pakem yang diyakini oleh masyarakat adat Papua dalam mengkreasikan motif-motif batiknya.

"Saya merasa punya kedekatan emosional dengan Papua. Selama 17 tahun saya makan dari bumi Papua," kata Dian tentang Papua yang menjadi inspirasi karya kreatifnya. Dian merupakan mantan karyawan sebuah perusahaan tambang terkenal di Papua. Jabatan terakhirnya adalah sekretaris eksekutif.

Selama 17 tahun bekerja, Dian banyak berinteraksi dengan suku Kamoro dan suku Amungme, yakni suku yang mendiami lokasi perusahaan tambang tempatnya bekerja berdiri. Dian banyak menyerap berbagai hal, mulai dari adat istiadat, kehidupan sosial masyarakat, dan seni budaya masyarakat kedua suku tersebut. "Saya baca dari buku-buku yang ada di perpustakaan perusahaan, ngobrol dengan warga, para tetua adat dan banyak sumber lain," tambah dia.

Sejak 2004, Dian mulai menuangkan kreativitasnya dalam rupa kain batik. Biasanya di sela-sela jam kerja dia mulai mendesain beragam motif batik. "Itu kertas-kertas catatan rapat penuh dengan motif batik, agenda kerja bos saya juga penuh motif," ujar Dian tertawa.

Hingga saat ini, dia sudah mengembangkan tak kurang dari 10 motif batik Papua yang dia gali dari hasil interaksinya dengan masyarakat setempat. Setiap motif yang Dian buat kaya makna dan filosofi. Salah satu motif terbaru kreasi Dian adalah motif "tifa honai". "Ini inspirasinya dari alat musik dan rumah adat Papua," ungkap dia.

Motif tifa honai memiliki makna filosofis yang mendalam. Jika diterjemahkan, motif ini berarti rumah kebahagiaan, yakni rumah yang dipenuhi dengan kebahagian. "Inspirasi saya selama ini memang dari banyak hal yang saya lihat di Papua, sumber air, alam yang indah, dan lain-lain," kata Dian.

Tidak Mudah

Memperkenalkan batik Papua kepada masyarakat bukanlah perkara mudah. Banyak kalangan yang sempat meragukan. Maklum saja, Papua tidak mengenal teknologi kain batik seperti masyarakat di Pulau Jawa. "Batik Papua, emang ada?" begitu Dian menirukan reaksi masyarakat saat kali pertama memperkenalkan batik Papua dalam sebuah pameran di Jakarta.

Awal merintis batik Papua merupakan masa-masa sulit bagi Dian. Tidak hanya selera pasar yang belum mendukung berkembangnya industri batik, tetapi juga keterbatasan waktu yang dia miliki. Sebagai karyawaan kantoran, Dian memiliki jam kerja terbatas. Tapi, di sisi lain, sebagai pembatik dia harus terus belajar termasuk mengurus bengkel batik dan karyawannya. "Belajar sendiri semuanya, saya rajin ke museum tekstil, ikut asosiasi, ikut workshop, dan lain-lain," papar Dian.

Selain itu, dia juga harus bolak-balik Jakarta-Pekalongan. Pekalongan menjadi tempat produksi batik Papua karya Dian. Dia memilih Pekalongan karena kota batik ini dinilai lebih terbuka dengan ide-ide baru sehingga lebih luwes untuk menyesuaikan diri dengan selera pasar. "Pokoknya kalau sudah akhir pekan atau ada libur, pasti saya langsung ke Pekalongan," ujar Dian yang awal membuat batik Papua sebenarnya untuk kepentingan suvenir perusahan selain patung atau kerajinan kayu yang menjadi ciri khas Papua.

Sejak 2005, Dian mulai aktif memperkenalkan batik Papua ke masyarakat. Dia mulai dengan mengikuti beragam pameran-pameran. Saat itu, keberadaan batik Papua sama sekali belum dilirik. "Saya harus menjelaskan detai dulu baru mereka tertarik," kata Dian mengenang pameran pertamanya di sebuah hotel mewah di Jakarta.

Dian tidak patah arang. Dia terus berkreasi mengembangkan ragam motif untuk memperkaya hasil batik Papua kreasinya. Menggali lebih banyak lagi ide dan memperkuat sumber daya manusia untuk mengerjakan batiknya. Untuk menguatkan posisi batik Papua, perempuan yang senang desain ini lantas mendaftarkan batik Papua ke Yayasan Batik Indonesia. "Akhirnya batik saya diakui di Yayasan Batik Indonesia dan sejak itu terus mengikuti aneka pameran, mulai dari di dalam negri sampai di luar negri," ungkap Dian.

Kini, Dian semakin yakin mengembangkan profesinya ini. Menurut dia, batik Papua yang dia kembangkan adalah karya yang lahir dari hatinya. "Dan saya akan tetap menjaga semangat itu." Ujar dia mantap. *nanik ismawati


Identitas dalam Sehelai Kain

Batik Papua untuk saat ini dapat menjadi identitas baru bagi Papua.

Dibesarkan dalam lingkungan perajin batik di Solo, Jawa Tengah, sedari kecil Dian sudah tak asing lagi dengan kain batik. Baginya, batik bukanlah sekadar sebuah produk kain, namun merupakan karya seni yang bersumber dari hati. Dalam sehelai batik terdapat sejuta makna filosofi kehidupan. Di mata Dian, batik adalah sebuah identitas yang harus dijaga kelestarianya.

"Batik itu identitas. Di mana-mana orang mengenal batik ya itu Indonesia. Batik Papua untuk saat ini dapat menjadi identitas baru bagi Papua," kata Dian tegas.

Sejak kecil, dia mengaku memang sudah menggemari batik. Dian kecil terbiasa mengantar batik pesanan yang dibuat oleh neneknya. "Jadi bagaimana bau harum kain batik itu saya sudah hafal dari kecil," ujar Dian mengenang.

Menurut mantan karyawati sebuah pertambangan ini, sebagai warisan leluhur, batik telah menjadi bagian dari indentitas masyarakat Indonesia secara keseluruhan di mata dunia. Jika dahulu batik menjadi identitas kalangan tertentu, kini batik menjadi identitas masyarakat Indonesia untuk menegaskan keberadaan dirinya, terlebih pasca pengakuan dari UNESCO. "Jadi kita bisa bilang, Batik ya Indonesia. Bukan Malaysia atau siapa pun. Kalau mereka mau buat, ya silakan saja. Tapi batik bukan sekadar produk loh," kata Dian tertawa.

Secara filosofis, menurut Dian, batik mengandung muatan bentuk sebuah pembelajaran dalam tata laku kehidupan seseorang, yakni bagaimana manusia harus bersikap dan berperilaku. "Misalnya isen itu kan artinya sebagai manusia kita harus berbagi. Intinya kalau kita belajar batik dengan sungguh-sungguh itu ada banyak tatanan hidup. Noto ati (menata hati) kalau orang Jawa bilang," ujar Dian tersenyum.

Membukukan Batik

Di mata Dian, batik sebagai warisan leluhur yang sudah diakui keberadaanya oleh dunia seharusnya tidak hanya diperlakukan sebagai sebuah produk konsumsi, tetapi juga mulai dipikirkan upaya untuk melestarikan nilai-nilainya sehingga dapat terus diwariskan secara turun-menurun kepada generasi berikutnya. "Jadi para perajin batik itu tidak hanya buat, kemudian lama-lama hilang," katanya.

Sayangnya, lanjut Dian, keberadaan buku-buku yang mempu memberikan referensi tentang batik secara utuh masih sangat jarang di Indonesia. Para perajin batik sibuk dengan bagaimana memproduksi batik yang tengah menjadi pasar dalam dunia fashion di Indonesia maupun di luar. "Mereka lupa memikirkan bagaimana kelanjutan generasi berikutnya dalam memaknai batik," ujar Dian.

Oleh sebab itu, ke depan, Dian berencana menuangkan kreativitasnya dalam membatik menjadi sebuah buku. Keberadaan buku ini nantinya diharapkan mampu menjadi acuan di masa depan. "Jadi 10 atau 20 tahun ke depan ketika ada orang mau membuat batik Papua ada literaturnya," kata Dian. *Nanik ismawati

Nama : Fransisca Dian Wismandari
Tempat tanggal lahir: Surabaya, 2 April 1965
Pendidikan : Akademi Sekertaris LPKT Tarakanita
Pekerjaan : Perajin Batik (mengembangkan batik Papua)
Suami : Fianda Denny Soeparto
Anak : Adwina Saraswati (15), Andrina Medianti (14), Rinaldy A Narendra (12)

(sumber : http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/105859)


Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online
Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151



Sabtu, 18 Mei 2013

Jenis-Jenis kain Katun

Jenis-Jenis kain Katun

1.Kain Katun Primisima (Primis)
Katun dengan kualitas No. 1. Umunya digunakan sebagai kain dasar pada batik tulis. Kainnya paling lembut dan dingin ketika dipakai. Serat bulunya telah dibakar, sehingga tidak akan menimbulkan serat bulu yang biasanya muncul pada kain katun yang sering dipakai.
2.Kain Katun Rajawali (Prima)
Katun dengan kualitas sedikit dibawah Primisima. Umunya digunakan sebagai kain dasar pada batik cap. Kainnya cukup lembut dan dingin ketika dipakai. Serat bulunya telah dibakar, sehingga tidak akan menimbulkan serat bulu.
3.Kain Katun Garuda (Prima)
Katun dengan kualitas dibawah Rajawali. Umunya digunakan sebagai kain dasar pada batik cap. Kainnya memiliki kelembutan standar yang biasa digunakan sebagai kain batik cap. Serat bulunya belum dibakar, sehingga ada kemungkinan timbulnya serat bulu yang biasanya muncul jika sering dicuci.
4.Kain Katun Locatex (Prima)
Katun dengan kualitas kain paling rendah. Umunya digunakan sebagai kain dasar pada batik cap. Kainnya tidak selembut dan sedingin kain-kain diatasnya yang biasa digunakan sebagai kain batik cap. Serat bulunya belum dibakar, sehingga ada kemungkinan timbulnya serat bulu yang biasanya muncul jika sering dicuci.

(sumber : http://batikbutikqalesya.wordpress.com/2012/04/19/jenis-jenis-kain-katun/)

Kain batik adalah jenis tekstil yang telah diberi gambar motif dengan cara ditulis tangan, dicap, atau gabungan keduanya. Dalam perkembangannya kain batik juga dibuat dengan cara dicetak. Kain batik yang dibuat dengan cara ditulis tangan disebut batik tulis sedangkan yang dibuat dengan cara dicap disebut batik cap. Istilah batik printing digunakan untuk menyebut kain batik yang dibuat dengan cara dicetak dengan mesin.
Kain Batik Sutera

Jenis kain yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kain batik seperti tertera di bawah ini.

1. Kain katun prima

Katun prima merupakan jenis kain yang terbuat dari bahan kapas. Karena sifatnya yang mudah menyerap bahan pewarna alami maupun kimia, kain jenis ini cocok dipakai sebagai bahan dasar pembuatan batik tulis.

2. Kain katun primissima dan polisima

Katun primissima atau sering juga disebut kain primis kualitasnya lebih bagus daripada katun prima sedangkan katun polisima dianggap sebagai kain katun terbaik. Kain katun primissima umumnya lebih tebal dengan serat lebih besar dibanding katun prima. Yang paling banyak dipakai sebagai bahan pembuatan batik tulis adalah kain katun primis. Kain batik dengan bahan dasar katun primis umumnya harganya lebih mahal dibandingkan dengan yang berbahan dasar katun lainnya.

3. Kain katun Santyo

Kain katun jenis ini diproses melalui sanforisasi, yakni diberikan campuran sodium hydroxide. Hal ini dimaksudkan agar ketika diberi warna akan menghasilkan warna cerah dan melekat kuat. Kain batik yang menggunakan katun santyo sebagai bahan dasar akan menghasilkan warna yang bagus dan kuat.

4. Kain katun dobi

Katun dobi terbuat dari campuran bahan kapas dan polyster. Campuran bahan alami dan sintetis ini menghasilkan kain katun yang terlihat memiliki motif serat kotak-kotak atau garis-garis, dan terkadang abstrak.

5. Kain Sutera

Kain sutera dibuat dari bahan kepompong ulat sutera dengan cara dipintal untuk menghasilkan benang sutera. Sejak dulu, kain sutera dianggap sebagai kain terindah dan termahal. Sifat kain sutera yang halus lembut dan berkilau banyak disukai kalangan bangsawan di seluruh dunia. Perburuan benang sutera ini hingga dalam sejarah tercatat ada jalur sutera sebagai jalur perdagangan barang istimewa ini. Kendati demikian, pamor sutera tampaknya mulai menurun akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan munculnya kain sutera sintetis yang tidak lagi murni terbuat dari benang sutera. Sebagai bahan kain batik, ada kecenderungan para pecinta batik mulai bergeser pada kain katun primis.
Kain Batik Flora Fauna

Proses Pembuatan Kain Batik Tulis

Pembuatan kain batik dengan teknik ditulis atau dibatik memerlukan proses panjang. Hal ini berbeda dengan proses pembuatan batik printing yang langsung dicetak dengan mesin printer untuk menghasilkan motif dan warna sesuai keinginan. Ulasan berikut akan menguraikan proses pembuatan kain batik secara berurutan.

1. Pencucian Kain

Sebelum kain digambar, terlebih dahulu dicuci menggunakan minyak camplong yang sudah dicampur dengan soda (yaitu berupa serbuk yang berfungsi untuk menguatkan warna batik). Tahap ini akrab disebut dengan pengetelan atau diketel yang bertujuan memperkuat warna setelah dibatik agar tidak mudah luntur.

2. Pelorotan

Kain yang sudah dicuci dengan campuran minyak camplong dan soda, dicelup ke dalam air panas. Dicuci kemudian dijemur selama beberapa menit. Ini bertujuan agar sisa-sisa minyak penguat pada kain menjadi bersih.

3. Menggambar motif pada Kain

Pembuatan motif pada kain dapat dilakukan setelah ketiga langkah di atas dilakukan. Selanjutnya kain diberi pola gambar menggunakan pensil sesuai motif yang diinginkan. Macam-macam motif di antaranya motif flora dan fauna berupa bunga, kupu-kupu, burung, sirip ikan, motif kayu dan lain-lain.

4. Langkah inti yaitu Pembatikan Kain

Kain yang sudah digambar kemudian dibatik menggunakan canting yang sudah terisi malan atau lilin yang sudah dipanaskan. Untuk membatik kain cukup mengikuti gambar yang ada pada kain. 5. Pencelupan atau Pewarnaan. Kain yang sudah dibatik kemudian dicelup atau direndam ke dalam pewarna yang diinginkan selama 20 menit.

6. Pelorotan atau Pencucian

Proses pencucian atau pelorotan ini sama seperti langkah pertama, yaitu dicuci atau dilunturkan menggunakan air panas agar sisa-sisa warna dan malan atau lilin bersih.

7. Pengeringan

Proses pengerikan dilakukan ditempat sejuk yang tidak terkontak langsung dengan sinar matahari agar warna kain bagus dan lebih kuat melekat.

Kain batik telah mendapatkan pengakuan dari badan dunia UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan tanggal tersebut sebagai Hari Batik Nasional.

(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Batik)


Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online

Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Alat Dan Bahan Dalam Membuat Batik

 Alat Dan Bahan Dalam Membuat Batik

Alat dan bahan membatik yang harus ada dan dipersiapkan untuk membatik tidaklah begitu rumit. alat-alat tersebut adalah alat yang sederhana tidak terlalu rumit dan mudah ditemukan dipasaan. Harganya pun cukup murah sehingga untuk memulai usaha atau belajar membatik tidaklah sulit. Untuk memulai membatik anda harus mnentukan terlebih dahulu teknik proses pembuatan batiknya. Apakah menggunakan teknik batik cap atau batik tulis.

1. Peralatan Membatik
a. Canting
Canting merupakan alat utama yang dipergunakan untuk membatik.
Penggunaan canting adalah untuk menorehkan (melukiskan) cairan malam
agar terbentuk motif batik. Canting memiliki beberapa bagian yaitu:
�� Gagang
Gagang merupakan bagian canting yang berfungsi sebagai pegangan
pembatik pada saat menggunakan canting untuk mengambil cairan
malam dari wajan, dan menorehkan (melukiskan) cairan malam pada
kain. Gagang biasanya terbuat dari kayu ringan.
�� Nyamplung (tangki kecil)
Nyamplung merupakan bgian canting yang berfungsi sebagai wadah
cairan malam pada saat proses membatik. Nyamplung terbuat dari
tembaga.
�� Cucuk atau carat
Cucuk merupakan bagian ujung canting dan memiliki lubang sebagai
saluran cairan malam dari nyamplung. Ukuran dan jumlah cucuk can
beragam tergantung jenisnya. Cucuk tersebut terbuat dari tembaga.
Kondisi cucuk harus senantiasa berlubang, kalau tersumbat oleh cairan
malam yang sudah mengeras, cucuk dapat dilubangi lagi dengan cara
mencelupkan di cairan panas malam, sumbatan keras tersebut akan turut
mencair kembali. Sedangkan bila sumbatan belum mengeras maka
pelubangannya dapat dipakai dengan bulu sapu lantai.
b. Kuas
Pada umumnya kuas dipergunakan untuk melukis, dalam proses
membatik kuas juga dapat dipergunakan untuk Nonyoki yaitu mengisi bidang
motif luas dengan malam secara penuh. Kuas dapat juga untuk menggores
332
secara ekspresif dalam mewarnai kain. Anda dapat mempergunakan kuas cat
minyak, kuas cat air, atau bahkan kuas cat tembok untuk bidang sangat luas.
c. Kompor Minyak Tanah
Kompor minyak tanah dipergunakan untuk memanasi malam agar cair.
Pilihlah kompor yang ukurannya kecil saja, tidak perlu yang besar. Pembatik
tradisional biasanya menggunakan anglo atau keren. Anglo merupakan arang
katu sebagai bahan bakar. Kelemahan anglo/keren adalah asap yang
ditimbulkannya berbeda dengan kompor yang tidak seberapa menimbulkan
asap.
Pilihlah kompor yang ukuran kecil saja, dengan diameter sekitar 13 cm,
sesuai dengan besaran wajan yang digunakan. Pemanasan malam tidak
membutuhkan api yang cukup besar seperti kalau kita memasak di dapur.
d. Wajan
Wadah untuk mencairkan malam menggunakan wajan, terbuat dari
bahan logam. Pilihlah wajan yang memiliki tangkai lengkap kanan dan kiri
agar memudahkan kita mengangkatnya dari dan ke atas kompor.
Wajan yang dipakai tidak perlu berukuran besar, wajan dengan
diameter kurang lebih 15 cm sudah cukup memadai untuk tempat pencairan
malam.
e. Gawangan
Pada waktu membatik kain panjang, tidak mungkin tangan kiri pembatik
memegangi kain tersebut. Untuk itu membutuhkan media untuk
membentangkan kain tersebut, yang disebut gawangan. Disebut demikian
karena bentuknya seperti gawang sepakbola, terbuat dari kayu, agar ringan
dan mudah diangkat dan dipindahkan.
Peralatan tersebut di atas sudah cukup memadai untuk kegiatan
membatik Anda. Memang di masa lalu ada beberapa peralatan pendukung
lainnya seperti saringan, kursi kecil (dingklik) dan lipas/tepas. Tepas
diperlukan untuk membantuk menyalakan api arang kayu di anglo/keren.
Sekarang ini dengan adanya kompor, maka tepas tidak diperlukan dalam
kegiatan membatik.
f. Nampan
Nampan plastik diperlukan untuk tempat cairan campuran pewarna dan
mencelup kain dalam proses pewarnaan. Pilihlah ukuran nampan yang
sesuai dengan ukuran kain yang dibatik agar kain benar-benar tercelup
semuanya.
g. Panci
Panci aluminium diperlukan untuk memanaskan air di atas kompor atau
tungku dan untuk melorot kain setelah diwarnai agar malam bisa bersih.
Pilihlah ukuran panci sesuai dengan ukuran kain yang dibatik.
333
h. Sarung tangan
Sarung tangan diperlukan sebagai pelindung tangan pada saat
mencampur bahan pewarna dan mencelupkan kain ke dalam cairan pewarna.
Selama penyiapan warna dan pewarnaan kain, pergunakanlah selalu sarung
tangan karena bahan pewarna batik terbuat dari bahan kimia yang berbahaya
bagi kesehatan kulit dan pernafasan, kecuali pewarna alami (natural).
i. Sendok & Mangkuk
Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna dan mangkuk
plastik untuk mencampur zat pewarna tersebut sebelum dimasukkan ke
dalam air. Selain itu juga diperlukan gelas untuk menakar air.2. Bahan Batik
a. Kain
Salah satu bahan yang paling pokok dalam membatik adalah kain, sebg
media tempat motif akan dilukiskan. Untuk membatik biasanya kain yang
biasa digunakan adalah jenis kain katun seperti kain Voilissma, Primis,
Primissima, mori biru, Philip, berkolyn, santung, blacu, dan ada juga yang
mempergunakan kain sutera alam. Media kain yang harus diperhatikan
adalah usahakan agar kain tersebut tidak mengandung kanji atau kotoran
lainnya, karena hal ini akan mengganggu proses penyerapan malam ataupun
warna. Pengolahan kain ini lebih banyak dikenal dengan istilah “ngloyor”.
Bahan untuk pengolahan kain biasanya minyak jarak atau larutan asam.
Pengolahan kain menggunakan minyak jarak, langkah yang harus dikerjakan
yaitu merendam kain dalam panci dan direbus dengan memasukkan minyak
jarak ke dalam rebusan kain tersebut. Apabila sudah mendidih, diambil dan
direndam dalam air dingin sambil diremas-remas. Air dingin untuk merendam
kain ini bisa ditambahkan sabun atau deterjen.
Pengolahan kain dengan larutan asam biasanya dilakukan satu hari,
tetapi perlu diperhatikan bahwa larutan asam yang terlalu banyak akan
merusak kain. Pengolahan kain dengan minyak jarak dan larutan asam tidak
cocok digunakan untuk kain sutera, karena kain sutera yang berbahan sangat
lembut memerlukan perlakuan khusus. Biasanya pengolahan kain sutera
dengan sabun yang khusus untuk serat halus dan tidak diperas berlebihan
atau apabila sulit untuk mencari sabun khusus untuk kain sutera bisa
menggunakan shampo untuk rambut, tetapi gunakan sedikit saja dan cucilah
dengan perlahan. Sebagai tambahan saja, bahwa kain sutera sangat cocok
apabila diwarna dengan menggunakan pewarna alam.
Selanjutnya setelah kain diangkat dari perendaman, kemudian kain
dilipat dan dikemplong (“ngemplong”) yaitu dengan cara memukul-mukul kain
tersebut dengan menggunakan pemukul kayu. Tujuannya agar serat kain
menjadi kendor dan lemas. Setelah dikemplong kain dijemur. Setelah kering
kain bisa diseterika dan siap untuk dipola.
Saat ini banyak tersedia kain yang berkualitas bagus, tetapi tentu saja
kain tersebut masih mengandung kanji. Tetapi terkadang saat ini banyak
334
orang yang hanya merendam kain dalam air sampai beberapa kali tanpa
menggunakan minyak jarak atau larutan asam. Cara ini bisa juga dilakukan
pada kain yang sedikit mengandung kanji. Setelah kain diproses “ngloyor”
dan “ngemplong”, kain tersebut diukur sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang diinginkan.

(sumber : http://nadaitu.blogspot.com/2010/06/alat-dan-bahan-dalam-membuat-batik.html)

Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online

Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151



Jumat, 17 Mei 2013

Bahan dan Alat Membatik

Bahan dan Alat Membatik

Peralatan membatik sangat spesifik dan harganya relatif murah.  Beberapa alat dapat digantikan oleh alat lain yang memiliki fungsi sama, misalnya canting dapat digantikan dengan kuas dengan ujung runcing atau rata.

Adapun bahan dan peralatan yang perlu dipersiapkan untuk membatik adalah :

    Bahan - bahan
        Kain
        Lilin malam
        Pewarna kain
    Alat
        Pensil
        Canting
        Cap
        Anglo / Pemanas
        Wajan
        Bingkai
        Wadah pencelupan

Kain

Semula batik dibuat pada kain katun putih yang disebut kain mori. Namun  dewasa ini berbagai jenis bahan serat alam seperti linen dan sutera serta serat sintetis seperti rayon juga dipakai. Bahan dengan serat benang yang rapat akan menghasilkan batik yang bagus. Sebelum digunakan membatik, bahan kain harus dicuci bersih untuk menghilangkan lapisan kanji pada kain mori agar warna dapat diserap dengan baik.

Setiap jenis  kain memiliki sifat yang berbeda sehingga hasilnya  juga berbeda. Untuk itu kita harus mengenal sifat kain agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan.

Katun

Katun merupakan serat alam yang ideal untuk dibatik. Lilin malam dapat diserap dengan baik, begitu juga dengan warna celupan akan   menghasilkan warna-warni terang. Bahan katun terasa lebih nyaman bagi kulit.

Sutera

Lilin malam dapat melekat dengan baik pada kain sutera namun memerlukan pengerjaan yang lebih hati-hati dan cermat karena serat kainnya halus dan mudah robek. Warna yang dihasilkan pada kain sutera lebih kuat dibandingkan jenis kain lainnya. Zat pewarna celupan juga dapat diserap dengan baik ke serat sutera. Efek pewarnaan batik seperti efek air,  dan retakan  dapat dihasilkan dengan sempurna.

Rayon

Pada umumnya serat sintetis kurang cocok dipakai untuk batik karena daya serapnya rendah, kecuali rayon yang memiliki daya serap yang cukup baik.

Pengujian serat kain

Bahan terbaik untuk batik adalah serat alam. Untuk mengetahui apakah suatu bahan berasal dari serat alam atau serat sintetis dapat dilakukan pengujian sebagai berikut.

    Ambil sehelai serat dari kain yang akan diuji
    Bakar serat tersebut dan amati proses pembakarannya
    Serat sintetis akan cepat terbakar dan menghasilkan jelaga sedangkan serat alam lebih lambat terbakar dan sisa pembakarannya berupa abu.

Lilin Malam

Lilin malam  merupakan campuran dari lilin lebah dan parafin. Komposisi yang umum dipakai adalah 30% lilin lebah dan 70% parafin, namun komposisi ini dapat diubah sesuai keinginan untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk membedakan antara setiap bagian pola warna pada kain dapat digunakan lilin malam dengan warna berbeda.

Lilin Malam
Pewarna Kain

Lilin malam mudah meleleh dari kain jika terkena panas maka pencelupan warna pada kain batik harus digunakan air dingin. Zat pewarna alami sanga t cocok sebagai pewarna kain batik karena mudah larut dan diserap kain pada kondisi campuran air dingin. Sebagai contoh, warna biru diambil dari daun pohon nila, warna kuning terang hingga coklat tua memakai bahan dari kulit pohon soga, untuk warna merah diibuat dari daun pohon mengkudu. Untuk mendapatkan warna tua maka kain harus direndam berulang kali pada celupan.

Suatu bahan warna dapat dicampur dengan pewarna lainnya untuk memperoleh  warna tertentu seperti warna hijau dari kombinasi kuning dan biru, dan ungu dari biru dengan merah. Pencelupan kain dimulai dari warna muda ke yang lebih tua, misal dimulai dari kuning ke merah lalu coklat.
Pensil dan Canting

Pensil

Pensil digunakan untuk membuat gambar motif pada kain yang akan dibatik. Pilih pensil dengan warna gelap agar mudah terlihat dan tidak meninggalkan bekas pada kain.

Canting

Motif pada batik tulis dibuat dengan cara melapisi lilin pada kain dengan alat yang disebut canting. Canting terbuat dari bambu sebagai pegangan yang dipasangkan mangkok wadah lilin dari tembaga tipis pada ujungnya. Pada mangkok lilin terdapat pipa kecil untuk mengalirkan lilin dari wadah ke kain yang akan diberi motif.

Ukuran canting dibedakan dari besar mulut pipa, ukurannya bervariasi mulai dari 0.5 mm untuk membuat garis tipis, dan ukuran besar untuk garis lebar. Untuk membuat titik-titik atau garis paralel digunakan canting yang mempunyai 3 hingga 9 mulut pipa. 

Cap

Pembuatan motif batik sangat menyita waktu pekerjaan. Untuk memenuhi kebutuhan produksi yang besar dan cepat maka digunakan cap sebagai pengganti canting. Cap digunakan seperti tinta stempel namun peran tinta disini digantikan lilin, cap dilapisi cairan lilin yang lalu ditimpakan pada kain membentuk motif persis seperti yang ada pada cap yang digunakan.

Cap dibuat dari tembaga pipih yang ditekuk membentuk motif tertentu, dan untuk membuat titik dipakai tembaga yang lebih tipis. Susunan tembaga yang sudah lengkap menjadi sebuah motif selanjutnya ditempatkan  pada sebuah pemegang cap. Bentuk dan ukuran bervarisai sesuai dengan motif yang diinginkan. Selain cap tembaga juga terdapat cap kayu yang dibuat dari kayu yang dipahat sesuai motifnya.

Bentuk Cap
(Sumber : www.expat.or.id)
Motif Cap
(Sumber : peteloud.uggle.co.uk)
(Sumber : http://belajar.kemdiknas.go.id/)


Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online

Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151

Rabu, 15 Mei 2013

Sejarah Batik Madura

Batik madura, yang merupakan salah satu batik yang sudah dikenal sejak abad 24 pertama kali diperkenalakan oleh adipati sumenep Arya wiraraja.

Motif batik madura cenderung dipengaruhi oleh budaya asing dari cina, dengan ciri khasnya warna cerah yang terdapat     pada setiap corak maupun motif dari batik Madura dan terdapat banyaknya garis yang terpampang dalam satu desainnya Dan setiap desain motif memiliki arti dan cerita masing -masing yang menggambarkan keseharian rakyat Madura.

Ragam batiknya banyak diambil dari motif tumbuhan, binatang serta kombinasi motif sesuai selera pengrajinnya. Untuk ciri khas batik Madura daerah pesisiran dengan ciri khas warna dan motif yang berani (pengaruh budaya luar, dan cendurung masyaraktnya yang terbuka. red), sedangkan ciri khas batik Madura pedalaman cenderung berciri khas dengan corak klasik dan dengan warna yang redup (soft).

Dengan seiring perkembangan jaman dan teknologi, motif batik Madura dewasa ini sudah cenderung mengikuti trend mode, dengan desain dan motif kontemporer dengan corak dan warna yang beragam, sehingga mampu diterima semua kalangan masyarakat baik tua maupun muda. Sedangkan ciri khas yang dari batik Madura bisa kita lihat pada permainan warna di setiap motif batik yaang dibuat, mudah dikenali dengan adanya warna merah pada motif bunga, tangkai, atau daun.

Beberapa pengamat seni batik ada yang mengatakan kalau motif batik Madura ada kesamaan motif dengan batik Jogjakarta. Ya bisa jadi apa yang dikatakan para pengmat seni batik itu benar. Ini bisa kita runut dari silsilah keluarga dari raja-raja mataram dengan para pembesar kerajaan di Madura.

Sebagai salah satu bentuk seni tinggi, batik Madura banyak diminati oleh para pencinta batik Indonesia baik dari mancanegara maupun dari Indonesia sendiri.

Untuk anda pencinta batik Madura, Temukan keindahan batik madura di berbagai pelosok Pulau Madura seperti Pamekasan, Bangkalan, Sumenep, dan Sampang.

sumber artikel : http://www.azzaralbatik.com/blog/batik-madura-sejarah-corak-dan-macam-jenis-batik-madura


Anda Butuh Batik Madura Yang Bagus? Kunjungi Batik Madura Online

Alamat Kantor Kami :
Toko Online Bumi Barokah
Jl. Sumber kembar Dsn. Bungbaruh Ds. Kertagena Daya Kec. Kadur Kab. Pamekasan Madura Jawa Timur 69355
HP: 085257293079 / 0817317151